MAKALAH HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA DAN KERABAT




BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang
            Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
            Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah ‘azza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
2.   Rumusan Masalah         
-          
Bagaimana Tafsir Al-luqman 14-15   
-           Bagaimana Maryam 12-15     
-           Bagaimana An-Nisa Ayat 36
3.   Tujuan    
-          
Bagaimana Tafsir Al-luqman 14-15   
-           Bagaimana Maryam 12-15     
-           Bagaimana An-Nisa Ayat 36
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Al-luqman 14-15
            Ayat 14-15: Pentingnya seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
  وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥)
Terjemah Surat Luqman Ayat 14-15
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Tafsir Surat Luqman Ayat 14-15
            Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk memenuhi hak-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhi syirk, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk memenuhi hak kedua orang tua, yaitu dengan berbakti kepada keduanya.
            Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sebab yang mengharuskan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. Ibu merasakan berbagai derita. Sejak calon bakal anak sebagai mani, si ibu merasakan ngidam dan kurang nafsu makan, merasakan sakit, lemah, dan semakin bertambah lemah ketika janin semakin membesar, kelemahan pun bertambah ketika hendak melahirkan dan ketika melahirkan. 
            Maksudnya, waktu menyapih yang paling lambat ialah setelah anak berumur dua tahun. Yaitu dengan beribadah kepada-Nya dan memenuhi hak-hak-Nya, serta tidak menggunakan nikmat-nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. Yaitu dengan berbuat ihsan kepada keduanya baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Misalnya adalah mengucapkan kata-kata yang lembut dan halus, sedangkan dengan perbuatan adalah dengan merendahkan diri, menghormati, memuliakan, dan memikul bebannya, serta menjauhi sikap yang menyakitkannya, baik bentuknya ucapan maupun perbuatan.
            Yakni kamu wahai manusia akan dikembalikan kepada Tuhan yang memerintahkan dan membebanimu demikian, Dia akan bertanya kepadamu, “Apakah kamu telah melaksanakannya sehingga kamu akan diberi pahala, atau kamu malah melalaikannya sehingga kamu memperoleh siksa?”
            Yakni jangan kamu kira bahwa menaati orang tua yang menyuruh berbuat syirk termasuk berbuat ihsan kepada keduanya, karena hak Allah harus didahulukan atas hak semua manusia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak mengatakan, “Maka durhakailah kedua orang tua, “ tetapi mengatakan, “maka janganlah engkau menaati keduanya,” karena berbuat baik harus tetap dilakukan kepada kedua orang tua, tetapi ketika kedua orang tua menyuruh kufur dan maksiat, seperti berbuat syirk, maka tidak boleh ditaati.
            Mereka ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar, lagi berserah diri dan kembali kepada Tuhannya. Mengikuti jalan mereka adalah menempuh jalan mereka ketika kembali kepada Allah, yaitu dengan menarik hati lalu badan untuk mengerjakan perbuatan yang diridhai Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
            Firman-Nya, “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” Terdapat dalil perintah mengikuti para sahabat, karena mereka adalah orang-orang yang sangat semangat sekali kembali kepada Allah, terutama para khalifah rasyidin radhiyallahu 'anhum, dan ayat ini juga menunjukkan bahwa ucapan mereka (para sahabat) adalah hujjah. Baik yang taat maupun yang bermaksiat. Karena tidak ada satu pun amalmu yang luput dari pantauan Allah, dan selanjutnya Dia akan memberikan balasan.
Asbabun Nuzul
            Imam Bukhari meriwayatkan (1/95): "..dari Syu'bah...dari Alqamah dari Abdullah, katanya ketika turun firman Allah "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)," kata para shahabat Rasulullah saw:" Siapa di antara kita yang tidak mendzalimi dirinya?" Maka Allah turunkan: "sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."Al-Hafizh dalam Al-Fath (1/95) mengatakan riwayat Syu'bah ini menegas kan bahwa pertanyaan ini merupakan sebab turunnya ayat yang lain; yang ada dalam surat Luqman. Tetapi riwayat Bukhari-Muslim dari jalur lain dari jalur A'masy yaitu Sulaiman yang disebut dalam hadits ini, maka dalam riwayat Ibnu Jarir dari dia, kata mereka:" Siapa di antara kita yang tidak mencampur keimanan dengan kedzaliman?" Dia bersabda: "Bukan demikian. Tidakkah kamu memperhatikan ucapan Luqman?"
            Dalam riwayat Waki' dari Al-A'masy, Dia bersabda:" Bukan seperti yang kamu sangka." Dalam riwayat 'Isa bin Yunus: "Sesungguhnya itu adalah syirik, tidakkah kamu perhatikan apa yang dikatakan Luqman?"
            Secara zhahir, ayat yang ada dalam surat Luqman sudah diketahui mereka, oleh sebab itulah dia mengingatkan mereka akan surat tersebut. Dan mungkin pula turunnya pda saat itu, lalu dia bacakan kepada mereka serta mengingatkan mereka. Sehingga kedua riwayat ini bersesuaian."
B. Maryam 12-15     
 يا يَحْيى‏ خُذِ الْكِتابَ بِقُوَّةٍ وَ آتَيْناهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا َ
(12)Wahai Yahya! Peganglah kitab ini dengan teguh. Dan Kami berikan kepadanva hukum se­dang dia lagi kanak-kanak.
وَ حَناناً مِنْ لَدُنَّا وَ زَكاةً وَ كانَ تَقِيًّا َ
(13)Dan rahmat yang langsung dari Kami , dan kesucian, dan adalah dia seorang yang bertakwa.
وَ بَرًّا بِوالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّاراً عَصِيًّا َ
(14)Dan khidmat kepada kedua ibu bapanya; dan tidaklah dia itu sombong dan tidak durhaka.
وَ سَلامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَ يَوْمَ يَمُوتُ وَ يَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
(15)Dan selarnat sejahteralah atas­nya di hari diri dilahirkan , dan di hari diri meninggal dan dihari dia akan dibangkitkan hidup kembali.
Nabi Yahya a.s.


Tafsir Maryam 12-15
            Pemimpin atau pengganti dan anak yang amat dirindukan 0leh Nabi Zakariya telah tua itu pun lahirlah.
يا يَحْيى‏ خُذِ الْكِتابَ بِقُوَّةٍ
"Wahai Yahya ! Peganglah kitab ini dengan teguh." (pangkal ayat 12) .
            Peganglah kitab itu , yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Musa ‘alaihis-salam dan Nabi-nabi Bani lsrail yang sesudah Musa diwajibkan meneruskan dan memegang teguh isi kitab itu, tidak akan merobahnya melainkan menerus kannya. Isa Almasih sendiri pun pernah menyata kan bahwa satu titik pun daripada hukum Taurat itu tidaklah akan dirobahnya. Pegang teguh artinya pegang dengan sesungguhnya. Kata Zaid bin Aslam; pegang teguh arti pelajari baik-baik lalu amalkan dan kerjakan , ikuti dengan setia apa yang dipetintahkannya, jauhi dengan patuh apa yang dilarangnya.
وَ آتَيْناهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا
Dan Kami berikan kepadanya hukum sedang dia Iagi kanak-kanak. " (ujung ayat 12) ,
            Artinya, masih kanak-kanak lagi, namun fikirannya sudah mulai matang. Sehingga suatu riwayat yang disampaikan Oleh Ma’mar suatu hari sesamanya kanak-kanak mengajak·nya bermain-main, dia telah menolak dengan katanya: “Bukan untuk bermain-main saya dijadikan Tuhan."
وَ حَناناً مِنْ لَدُنَّا
Dan rahmat yang langsung dari Kami. " (pangkal ayat 13).
            Artinya bahwa ditumbuhkanlah peribadi budak kecil itu dengan rahmat belas-kasihan dan cinta berlimpah-limpah dari Allah. Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa rasa cinta kasih yang meliputi.Nabi Zakariya dan isterinya dan puteranya Yahya itu menyebabkan hidup mereka dalam rumah tangga penuh dengan nikmat rohani.
وَ زَكاةً
"Dan kesucian" daripada dosa .
            Bertumbuh peribadi Yahya itu dalam kesuburan, berbuat perbuatan yang baik dan terpuji dan memberi berkat kepada manusia sekelilingnya. Tidak rnendapat celaan dari sesama manusia karena tidak ada perangainya yang menimbulkan benci orang,
وَ كانَ تَقِيًّا
Dan adalah dia seorang yang bertakwa." (ujung ayat 13).
            Karena sifat ketakwaannya itu tidaklah dia pernah berbuat perbuatan yang dibenci 0leh Allah, melainkan tekunkali dia ber- ibadat kepada Tuhan, walaupun usianya masih muda, menuntut ajaran Kitab Taurat yang dipegangnya teguh.
وَ بَرًّا بِوالِدَيْهِ
Dan khidmat kepada kedua ibu-bapanya." (pangkal ayat 14).
            lni pun sifat baik yang utama pada diri Nabi Yahya itu. Di samping jiwanya yang suci bersih dan takwa kepada Allah, diisinya pula syarat hidup yang panting, yaitu hormat dan bakti kepada kedua orang tua, Sehingga terobatlah hati kedua orang tua itu di zaman tuanya, mendapat putera yang amat diharapkan. Kebaktiannya kepada kedua orang tuanya itu diperingatkan 0leh Tuhan, karena banyak terdapat anak yang sangat diharapkan , apatah lagi anak tunggal satu-satunya, oleh karena sangat dimanjakan orang tuanya dia pun menjadi mangkak, sombong dan menyakiti hati orang tua.
            lni dibayangkan Tuhan dalam kisah Nabi Khidhir membawa Nabi Musa mengembara, lalu bertemu dengan seorang anak kecil. Lalu anak itu dibunuh 0leh Nabi Khidhir, sehingga Musa tercengang dan bertanya, mengapa Khidhir berbuat begitu. Kemudian diterangkan 0leh Khidhir: “Adapun anak kecil itu, kedua ibu bapanya adalah orang yang beriman, Tetapi kami khuatir bahwa dia akan mendorong kedua ibu-bapanya itu kepada kesesatan dan kekafiran."
            Maka khidmat kepada orang tua ini pun adalah sebahagian dan hidup Nabi Yahya. Ditambah lagi dengan keterangan Tuhan:
وَلَمْ يَكُنْ جَبَّاراً عَصِيًّا
Dan tidaklah dia itu sombong dan tidak durhaka." (ujung ayat 14).
            Bukan dia sombong mengangkat diri. Sebab dia diutus Allah untuk memimpin manusia. Pemimpin sejati, terutama pemirnpin dengan tuntunan nubuwwat tidaklah sombong, melainkan rendah hati; lemah-lembut sikapnya, memperhatikan kesusahan orang dan menunjukkan jalan yang benar, Dan bukan pula dia perbuat maksiat mendurhakai Tuhan.Kemudian datanglah pujian amat tinggi dari Tuhan untuknya;
وَ سَلامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ
Dan selamat sejahteralah atasnya di hari dia diIahirkan,” (pangkal ayat 15).
            Telah kita ketahui bagaimanalah suasana ibunya yang telah tua itu ketika mengandungnya dan ketika melahirkannya. Kadang-kadang ditimpa susahlah perempuan melahirkan anak.Ada-ada saja hambatannya, Apatah lagi orang tua seperti ini. Namun kelahiran itu selamat.
وَ يَوْمَ يَمُوتُ
Dan di hari dia meninggal. "
            Tersebutlah di dalam riwayat dan kisah Nabi-nabi , dan tersebut juga dalam catatan kitab Perjanjian Lama, kitab-kitab lnjil Matius dan Lukas dan Markus, bahwa kematian Yahya anak Zakanya itu adalah karena kezaliman Raja Herodus, yang jatuh cinta kepada anak tirinya , yang didapatinya ketika raja itu mengawini ibunya.
            Setelah anak itu bertambah besar dan bertambah cantik raja itu jatuh hati kepadanya dan anak itu pun mau saja jadi isten dari bapa tirinya. Tetapi Yahya yang memegang teguh Hukum Taurat tetap mcnganggap perbuatan itu HARAM. Meskipun dia telah dimasukkan ke dalam penjara, lalu dikirim utusan raja menemuinya untuk meminta perobahan fatwanya, namun dia tidak mau merobah hukum dan keyakinan.
            Mendengar kekerasan hatinya itu , perempuan muda yang bercintaan dengan ayah tirinya itu meminta supaya kepala Yahya dihidangkan di atas talam emas di hadapannya, tanda raja memang mencintainya. Maka Nabi Yahya pun dipotonglah lehernya dalam tahanan .
            Ayat ini mengatakan bahwa selamat di hari matinya, Artinya kematian beliau adalah kematian yang mulia, kematian seorang syahid dan dia tidak ragu-ragu menempuh kematian itu. Dia tidak bimbang. Sebab itu maka matinya selamat.
وَ يَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
Dan di hari dia akan dibangkitkan hidup kembaIi." (ujung ayat 15).
            lnilah pedoman dan pokok kepercayaan yang kedua bagi orang yang beragama. Yaitu sesudah yang pertama mempercayai adanya Allah, yang kedua ialah percaya bahwa sesudah mati kelak, akan datang masanya kita dihidupkan Allah kembali. ltulah Yaumul-Qiyamah (Hari Kiamat).
Maka Yahya akan bangkit kelak dari kehidupan Alam Kubur ke dalam Alam Akhirat dengan selamat sejahtera, karena hidupnya yang mulia, suci bersih takwa hormat kepada kedua ibu-bapa dan mati dalam keadaan syahid karena berpegang teguh kepada ajaran Allah.

Asbabun Nuzul
            Imam Bukhari meriwayatkan (10/43): "...dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw berkata kepada Jibril:" Apa yang menghalangimu mengunjungi kami lebih sering daripada biasanya?" Lalu turunlah "Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita."
            Dikeluarkan juga oleh At-Tirmidzi, Imam Ahmad, Ibnu Jarir dan Al-Hakim.
Imam Bukhari meriwayatkan (5/221): "...dari Khabbab, katanya:" Saya dahulu pada masa jahiliyah adalah tukang besi, dan Al-'Ash bin Wail berhutang kepada saya, maka (ketika sudah masuk Islam) sayapun datang menagihnya, dia berkata: "Saya tidak akan melunasi sampai kamu mengingkari Muhammad." Maka saya katakan: "Saya tidak akan mengingkarinya sampai Allah mematikanmu dan membangkitkanmu." Dia berkata: "Biarkan aku sampai mati dan dibangkitkan, nanti saya akan diberi anak dan harta lalu melunasimu." Maka turunlah ayat: "Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: "Pasti aku akan diberi harta dan anak.
            Dikeluarkan juga oleh Imam Muslim, At-Tirmidzi, Imam Ahmad, Ibnu Jarir dan Ath-Thabrani.
C. An-Nisa Ayat 36
            Ayat 36 Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia, perintah beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja, arahan dalam hubungan kemasyarakatan, dan perintah berinfak
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
Terjemah Surat An Nisa Ayat 36  
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri,
Tafsirnya
          Allah Ta'ala dalam ayat ini memerintahkan kita hanya menyembah kepada-Nya saja dan mengarahkan berbagai bentuk ibadah kepada-Nya, baik berdoa, meminta pertolongan dan perlindungan, ruku' dan sujud, berkurban, bertawakkal dsb. serta masuk ke dalam pengabdian kepada-Nya, tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan rasa cinta, takut dan harap serta berbuat ikhlas dalam semua ibadah baik yang nampak (ibadah lisan dan anggota badan) maupun yang tersembunyi (ibadah hati). Allah Ta'ala juga melarang berbuat syirk, baik syirk akbar (besar) maupun syirk asghar (kecil). 
          Syirk Akbar (besar) adalah syirk yang biasa terjadi dalam uluhiyyah maupun rububiyyah. Syirk dalam Uluhiyyah yaitu dengan mengarahkan ibadah kepada selain Allah Ta’ala, misalnya berdo’a dan meminta kepada selain Allah, ruku’ dan sujud kepada selain Allah, berkurban untuk selain Allah (seperti membuat sesaji untuk jin atau penghuni kubur), bertawakkal kepada selain Allah dan mengarahkan segala bentuk penyembahan/ibadah lainnya kepada selain Allah Ta’ala. Sedangkan syirk dalam rububiyyah yaitu menganggap bahwa di samping Allah ada juga yang ikut serta mengurus alam semesta. Syirk dalam uluhiyyah dan rububiyyah termasuk syirk akbar. Sedangkan Syirk Asghar (kecil) adalah perbuatan, ucapan atau niat yang dihukumi oleh agama Islam sebagai Syirk Asghar karena bisa mengarah kepada Syirk Akbar contohnya adalah:
Bersumpah dengan nama selain Allah. Memakai jimat dengan keyakinan bahwa jimat tersebut sebagai sebab terhindar dari madharat (namun bila berkeyakinan bahwa jimat itu dengan sendirinya bisa menghindarkan musibah atau mendatangkan manfaat maka menjadi Syirk Akbar).
Yakni berbuat baiklah kepada mereka baik dalam hal ucapan maupun dalam hal perbuatan. Dalam hal ucapan misalnya dengan berkata-kata yang lembut dan baik kepada kedua orang tua, sedangkan dalam hal perbuatan misalnya menaati kedua orang tua dan menjauhi larangannya, menafkahi orang tua dan memuliakan orang yang mempunyai keterkaitan dengan orang tua serta menyambung tali silaturrahim dengan mereka.Baik kerabat dekat maupun jauh, yakni kita diperintah berbuat baik kepada mereka dalam ucapan maupun perbuatan, serta tidak memutuskan tali silaturrahim dengan mereka.       
          Anak yatim adalah anak-anak yang ditinggal wafat bapaknya saat mereka masih kecil. Mereka memiliki hak yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin. Misalnya menanggung mereka, berbuat baik kepada mereka, menghilangkan rasa sedih yang menimpa mereka, mengajari adab dan mendidik mereka sebaik-baiknya untuk maslahat agama maupun dunia mereka. Misalnya dengan memenuhi kebutuhan mereka, mendorong orang lain memberi mereka makan serta membantu sesuai kemampuan.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Pentingnya seorang bapak memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
            Pemimpin atau pengganti dan anak yang amat dirindukan 0leh Nabi Zakariya telah tua itu pun lahirlah.
            Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia, perintah beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja, arahan dalam hubungan kemasyarakatan, dan perintah berinfak

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihun, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Ashiddieqy Hasbi, Sejarah  dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan bintang, jakarta, 1989.
Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987.
M. Yusuf Kadar, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Al-Hayy Abd, Metode tafsir Mawdhu’i, Raja Grafindo Persada, jakarta, 1994.
Syadali Ahmad, Rafi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.
Ahmad,. Nurwajdah, E,Q,  Dr., Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, hati yang selamat hingga kisah Luqman, Marja, Bandung, 2007,
Al bani, Muhamad nasarudin, Derajat hadis dalam tafsir Ibn Kastsir, Pustaka Azzam, Jakarta 2008
Al Wahidi, Asbab Nuzul al- Qur’an,  Beirut Dar al Kutub al Ilmiyah,
Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah
Shihab,  M. Quraish, Tafsir Al Mishbah  Pesan, Kesan dan Keserasian dalam Al Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, 2010
Shihab,  M. Quraish,  Dr.  Membumikan Al Qur’an, Mizan, Bandung, 1993,

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »